Sekitar 1.5 bulan yang lalu, saya sempat jalan-jalan ke Pulau Belitung (orang setempat nyebutnya Belitong). Sebenernya postingan ini sudah lama pengen saya buat, tapi mood dan waktu dan kemauan untuk membuatnya baru ada sekarang, setelah jalan-jalan ke Palembang kemarin :P. Apalagi suheng satu ini sudah nagih-nagih cerita dan foto-foto tentang tanah leluhurnya :D.
Kalo dari Jakarta, akses utama ke Belitung menggunakan pesawat udara. Biasanya sih Sriwijaya dan Garuda yang melayani rute Jakarta-Tanjung Pandan. Bandaranya susah dilafalkan kalo baru pertama denger, H. AS. Hanandjoeddin 😆
Seperti biasa, saya ke situ bersama beberapa temen untuk urusan “kampus”. Jadi, begitu urusannya kelar, tentu saja kami sempatkan jalan-jalan :mrgreen:. Pertama kali ke pusat kota Tanjung Pandan, teman-teman saya langsung bilang kalo kotanya mirip Wonosobo, sebuah kota kecil di Jawa Tengah :lol:. Layout pusat kota dan bunderannya mirip-mirip, tinggal kurang orang-orang bersarung saja :P. Entahlah, karena meskipun pernah ke Wonosobo saya juga ngga terlalu merhatiin pusat kotanya :P. Kalo kesan saya sih, kok kotanya ngga ada angkot ya? 😛 Ternyata dugaan saya salah, karena di hari-hari terakhir saya di Belitung akhirnya saya melihat angkot 😛 hehehe…
Secara administratif, pulau ini terdiri dari 2 kabupaten, yaitu Kabupaten Belitung dengan ibukota Tanjung Pandan dan Kabupaten Belitung Timur dengan ibukota Manggar. Selama hampir seminggu saya di Belitung, saya cuma muter-muter di Kabupaten Belitung aja. Padahal ada temen saya yang sebelumnya sempat ngopi-ngopi di sebuah kafe bersuasana eksotis di Manggar :|. Yang menarik, motor di sini hampir tidak pernah dikunci :D. Menurut penduduk setempat, sangat jarang terjadi tindak kejahatan curanmor, karena wilayahnya berupa pulau kecil yang tidak bisa ke mana-mana kalo habis nyolong :P. Kalopun terjadi tindak kejahatan curanmor (yang sangat jarang terjadi), biasanya pendatang luar pulau yang belum tahu sikon setempat yang melakukannya.
Awal-awal di Belitung, kami main ke pantai Tanjung Tinggi. Konon di situ adalah lokasi syuting film Laskar Pelangi. Saya sendiri belum pernah nonton film itu maupun membaca tetralogi novel Laskar Pelangi :P. Pantainya keren, bagus banget, pasir putih dengan batu-batu besar. Ombaknya tenang banget karena emang terlindung di pedalaman teluk, sehingga selalu menggoda untuk nyemplung mandi-mandi :mrgreen:. Kami bingung sendiri, itu batu datangnya dari mana ya, karena tampilannya mirip batuan beku tapi tidak ada gunungapi di pulau itu :?. Bisa jadi dari gunungapi-gunungapi di daratan Sumatera ketika Laut Jawa belum ada, hanya Tuhan dan dia sendiri yang tahu 😛
Selain Tanjung Tinggi, kami juga berencana untuk ke Pulau Lengkuas dan snorkling di sekitar pulau tersebut, lalu makan siang di pulau di selatannya. Kami ke situ di hari terakhir kami di Belitung. Untuk menuju pulau tersebut kami harus menuju Tanjung Klayang dan menyeberang menggunakan perahu motor. Di dekat Tanjung Klayang, terdapat Batu Burung (atau Pulau Burung, ngga yakin juga :P), berupa tumpukan batu yang berbentuk mirip kepala burung. Tarif menyewa perahu ke Pulau Lengkuas dan sekitarnya plus makan siang di pulau di selatan Pulau Lengkuas itu sekitar 600rb, untuk perahu kecil bermuatan maksimal 7 orang.
Sialnya, cuaca memburuk, hujan deras dan ombak tinggi sehingga abang perahunya tidak berani untuk mendekat ke Pulau Lengkuas 😦
Akhirnya kami cuma ke pulau di selatan Pulau Lengkuas itu, kemudian ketika cuaca agak mereda sekitar jam 10 kami main-main air (bukan snorkling :P) di sekitar Pulau Babi. Tidak ada waktu untuk ke Pulau Lengkuas yang terkenal dengan mercusuarnya itu karena kami harus mengejar pesawat jam 4 sore 😐
aduhai, pantainya itu.. pantainya ganteng banget, pasirnya putih..
kapan yak bisa kesanaa, pengen deh..
Andrea Hirata (dibukunya) bilang, di Belitung ada orang2 bersarung loh.. 😀
Woooow…… cantiiiiiiiiiikkkkk..
>.<
kapan ya bisa ke sana? 😦
Maaf bung.. yang anda sebut sebagi hutan palem pada gambar diatas sama sekali SALAH.. itu kelapa bukan palem… hatihati dalam memposting supay anda tidak kelihatan abal-abal dan lebih profesional…
terima kasih atas koreksinya bung 🙂
blog ini memang abal-abal dan tidak profesional kok
Dulu, ketika masih kuliah, kalau libur lebaran aku pp naik kapal lawit dari Tj Priok. Maklumlah, nggak punya duit lebih. Duduk juga di geladak kapal sambil berharap nggak hujan spy nggak basah kuyup di atas geladak kapal.
Itu nama Bupati Belitung jaman dulu. Nama bandara sebelumnya adalah “Buluh Tumbang”, tapi karena alasan politik
biar dibilang nasionalisdiganti dengan nama orang (toh mayoritas bandara lain di Indonesia juga pakai nama orang krn alasan politik, terutama di Jawa). Contohnya aja Cengkareng jadi Sukarno-Hatta (yang justru dgn kurang ajar disingkat lagi jadi Suta). Coba bayangkan kalau ada pertanyaan dlm ujian pelajaran sejarah: Proklamator kemerdekaan Indonesia adalah………, jawab: Suta!Oh ya? baru tau tuh. Dulu harus dikunci krn banyak bandit pelarian dari Palembang asal Komering kabur ke Belitung.
Pantai berpasir putih dgn batu besar itu, hingga sekarang belum pernah kulihat di tempat lain kecuali di sana. Batu2nya itu loh, unik! Bertumpuk-tumpuk kayak beranak pinak . Mungkin itu yg menyebabkan aku paling suka pantai Tj Tinggi dibanding yg lain. *promosi wisata tanah leluhur nih*
Ngomong2 aku dulu kalau pergi ke Tanjung Tinggi bareng teman, kadang berangkat dari Tanjung Pandan naik sepeda ontel 😆
Sayang sekali gak ke mercu suar Pulau Lengkuas. Dulu teman2ku kalau pergi ke Tj Kelayang selalu berenang adu cepat sampai P. Lengkuas, kalau aku sih mendingan naik perahu 😛
btw, NATSUKASHIIIIIIII……….. Thank you atas layanan dikabulkannya request postingannya.
@atas
Oh.. itu sih kerjaan dia aja ngasih nama orang bersarung. Mereka tuh sebenarnya orang Bugis yang biasanya tinggal di perkampungan nelayan spy gampang melaut. Memang sih, orang Bugis di Belitung suka pakai sarung sekalipun nongkrong di warung. Ada juga orang Butun (pendatang asal dari Pulau Buton) dan orang Buyan (pendatang dari Pulau Bawean) yg suka pakai sarung.
Belitong, target perjalanan berikutnya… Hmm…atau… nunggu undangan dari Bro Ando 😕 🙄
@ mauritia:
yup, emang bagus pantainya, terutama Tanjung Tinggi 🙂
saya sukanya itu pantainya bersih, ngga penuh sampah kayak di pantai lain pada umumnya. cuma sayang pas di pulau deket Pulau Lengkuas itu banyak sampah plastik dan sisa-sisa makanan 😐
sebenernya sih orang bersarung di Wonosobo itu maksudnya orang2 yang kerodongan sarung untuk menangkal hawa dingin 😛
di Belitung hawanya panas kok, ngga dingin 😛
__
@ Lumiere:
memang cantik pantainya, sayang saya ngga bertemu mbak-mbak cantik di situ 😐
__
@ Ando-kun:
hehehe, itu saya dibayarin orang setempat, kebetulan pas lagi disewa buat ngajar sesuatu di situ 😛
iya, biasanya yang bandara kelas 1
kalo yg kelas 4 biasanya sih bukan nama orang, contohnya Nusawiru di Pangandaran atau Tunggul Wulung di Cilacap ^^
bukan Suta, Soetta 😛 hehe…
masalah singkat-menyingkat emang khas Indonesia ya 😛 meskipun di Amrik sono bandara John F. Kennedy juga disingkat jadi JFK 😛
iya, kata petugas yang nganter saya sih gitu, dan emang motor2 pas diparkir ngga pernah dikunci stang, kao malem ngga dimasukin 😀
bandit pelarian Palembang? jadi inget, konon copet2 di bus kota di Jogja kebanyakan orang Palembang 😆 (no offense buat orang Palembang 🙂 )
😮
wahaha… lumayan juga tuh kalo ngonthel, 10 kilo lebih kan ya…
iya, sayang ga sempat ke sana, ombaknya pas lagi tinggi waktu itu 😦
ya kalo nyeberang dari Tanjung Klayang ke Pulau Lengkuas saya juga mendingan naik perahu 😆
sama-sama 🙂
__
@ Zeph:
silakan menuju Belitong bro, kalo nunggu undangan bang Ando kayaknya di jepun deh 😛
@Arm : nunggu Bang Ando pulkam
untuk nikah?dulu, sekalian kopi darat gituh? 🙄belitung itu bukan bangka ya?
trus di pulau babi apakah banyak babinya? atau bentuk pulaunya kaya babi? ato suara deburan ombak menghantam batunya berbunyi oink oink? *penasaran sama nama pulaunya*
oke, makin lama blog ini jadi blog travelling, kemana lagi kamu mau bikin saya iri?
eh, itu lucu juga alesan engga ada maling karena engga bisa kemana karena pulaunya kecil haha..
@ Zeph:
hehe, kayanya ybs lebih betah di jepun tuh 😛
__
@ TamaGO:
bukan, tapi Pulau Belitung dan Pulau Bangka dan pulau-pulau kecil di sekitarnya membentuk Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, yang merupakan pemekaran dari Provinsi Sumatera Selatan 😉
ngga tau juga kenapa dinamain Pulau Babi, kayaknya emang karena banyak babinya dulu 😛
__
@ Idub:
blognya masih blog ecek2 campuraduk ngga jelas kok 😛
oiya, selain masalah curanmor yang minim, yang unik juga pom bensin di situ cuma buka pagi sampe siang, sore dikit udah pada tutup, digantikan pom bensin lokal alias penjual eceran 😛
kalo mau liat mobil ngisi bensin ngecer, salah satunya di Belitung ini