Burjopun Punya Cerita

Tadi sore ada teman saya yang bilang akan datang ke kosan saya untuk numpang menyetrika malam ini. Setelah sudah lama ditunggu dan dia tak kunjung datang juga, sementara naga di perut saya sudah mulai berdemo, maka sayapun ngesot ke warung burjo dekat kosan saya untuk makan malam :P. Sengaja saya ke burjo yang letaknya agak jauh, karena tadi siangnya sudah makan di burjo baru di depan kosan saya persis :D. Nah, ternyata keputusan saya tepat, karena saya mendapat sebuah cerita yang cukup menghibur di sana ;).

Berawal dari saya dan bapak (ternyata masih lumayan muda, meskipun mukanya sudah bapak2 :P, karenanya selanjutnya saya sebut Aa’ saja ^^’) penjaga burjo itu yang terpingkal-pingkal menonton acara Opera van Java di TV, yang kebetulan temanya memparodikan kisah Manohara dan prahara Malaysia-nya. Ketika jeda iklan, sang sinden melantunkan lagu lama yang dulu dinyanyikan oleh band Malaysia-an bernama Exist yang judulnya saya lupa :P. Saya nyeletuk, “Ini lagu Malaysia-an jaman dulu kan?” Kata si Aa’, “Iya. Dan saya inget banget lagu ini karena ada kenangan sedih.” Singkat kata, dia menceritakan di masa SMA-nya (ketika lagu tersebut sedang populer) dia itu anak yang tidak suka musik dan tidak bisa menyanyi. Tetapi entah mengapa dia dipaksa untuk menyanyikan lagu tersebut, dan berakhir dengan dia terpaksa menyanyikannya sampai menangis karena saking ngga bisa dan ngga maunya. Nah, kemudian cerita berlanjut, kalau dia itu termasuk orator saat masa sekolah, dan berlanjut ketika kuliah di Jogja.
Ketika kuliah di Jogja inilah, si Aa’ mulai berkenalan dengan dunia aktivis kampus. Ketika itu suhu politik Indonesia sedang panas-panasnya, tahun 1998. Dia menceritakan pengalamannya beberapa kali diskusi dengan tokoh-tokoh aktivis, demo di sana-sini, diciduk aparat, menyaksikan gugurnya seorang mahasiswa :|, sampai jadian dan bermesraan dengan cewe’nya saat berdemo ^^.

Beberapa pengalaman uniknya yang cukup berkesan buat saya di antaranya (bisa jadi tidak berurutan kronologisnya) :

Dalam suatu perkumpulan merencanakan demonstrasi, dia diberitahu oleh temannya bahwa ada 2 orang intel polisi yang menyusup di antara para aktivis tersebut. Maka berita itupun disebarkan dengan diam-diam ke seluruh aktivis tanpa melibatkan si intel. Ketika tiba kesempatan, 2 intel tersebut “diciduk” dan digebukin rame-rame oleh para aktivis tersebut 😆

Dalam suatu demonstrasi, si Aa’ sempat bercakap-cakap dengan salah seorang mahasiswa, meskipun belum kenal namanya. Kemudian, ketika terjadi bentrok dengan aparat dan dimulai “pembersihan”, merekapun lari kocar-kacir cari selamat lebih dulu. Si Aa’ pun tak ketinggalan. Ketika dia berlari, dia mendengar ada seseorang yang jatuh di belakangnya. Dia hendak menolong, tapi ditarik oleh temannya yang mengatakan, “Yang penting selamat dulu! Nanti kalau sudah aman baru kita balik lihat keadaan!” Diapun terpaksa ikut lari diseret oleh temannya itu. Ketika keadaan sudah aman, tersebarlah kabar bahwa ada mahasiswa yang meninggal. Si Aa’ pun merasa, jangan-jangan itu tadi orang yang jatuh di belakangnya. Dan ketika dia melihat wajah sang korban, ternyata itu adalah mahasiswa yang sempat bercakap-cakap dengannya sebelum ada “pembersihan” oleh aparat. Dan sepertinya memang dia yang jatuh di belakang si Aa’ ketika kabur tadi.
Mahasiswa itu bernama Moses Gatotkaca. Kalau tertarik dengan kisah Moses, bisa baca-baca di sini. Untuk menghormatinya sebagai salah satu pahlawan reformasi, ruas jalan Kolombo diubah namanya menjadi Jalan Moses Gatotkaca mulai tanggal 20 Mei 1998. (Tapi setau saya kok jalan Sagan ya yg jadi jalan Moses Gtotkaca 😕 😛 Dan saya bener-bener baru tau waktu itu ketika diceritain oleh Aa’ burjo itu tentang sejarah jalan Moses Gatotkaca itu ^^’)

Dalam setiap demonstrasi, si Aa’ selalu membawa tas kecil yang berisi ban tangan berlambang PMI :P. Jadi kalo situasi memburuk, cepat-cepat dia kenakan ban itu dan dia bisa kabur dengan tenang, terutama di tengah hujan peluru karet dan gas air mata ^^’. Awalnya teman-temannya menyindir dan menghina taktiknya, tetapi setelah terbukti efektif malah teman-temannya pada ikut-ikutan memakai taktik itu :P.

Dalam suatu demonstrasi besar-besaran di alun-alun kidul/selatan (dia bilang demo sejuta umat), para mahasiswa bergerak dari balairung UGM menuju alkid (alun-alun kidul) dengan berjalan kaki, kira-kira ada 6-7 km. Di sepanjang jalan banyak masyarakat yang memberikan minuman maupun makanan untuk para mahasiswa. Kata si Aa’, kalau yang diberikan oleh warga sih gampang ngambilnya, karena sudah ditata di meja dan tinggal ambil saja di pinggir jalan. Nah, katanya yang repot kalau mengambil yang diberikan oleh pegawai kantor dan bank. Harus masuk-masuk dulu ke kantornya, terkadang sampai naik-naik 2-3 lantai :P. Toh namanya diberi ya diterima saja. Si Aa’ dan ceweknya bertugas sebagai seksi konsumsi, yang mengurusi perbekalan dan konsumsi para mahasiswa yang berupa nasi bungkus. Bekal dan bantuan dari warga pun dibagikan, sementara itu cewek si Aa’ ini menyisakan 2 bungkus nasi untuk mereka. Ternyata ada satu orang yang belum kebagian, sehingga diberikanlah satu bungkus kepadanya, biar si Aa’ dan cewe’nya sebungkus berdua ^^’. Nah, ketika mahasiswa lain memasuki alkid, si Aa’ dan cewe’nya sudah duduk di sebuah taman untuk menikmati nasi bungkus. Tiba-tiba seorang mahasiswa yang mengenalinya sebagai seksi konsumsi meminta jatah bagiannya. Yowis, nasi yang tinggal satu bungkus dan belum sempat dimakan itupun diberikannya. Akhirnya demo besar-besaran itupun bubar juga, dan si Aa’ digamit cewe’nya untuk kabur dari situ ke kos-kosan si cewe, untuk masak mie rebus karena sedari pagi belum makan ^^’. Kos-kosan si cewe’ ada di daerah Jetis, dan mereka berjalan kaki dari alkid sampai daerah Jetis, kira-kira ada 5 km. Dan si Aa’ pun kemudian diantar sampai ke kos-kosannya di daerah Pogung menggunakan kendaraan. Wew, romantisme memang jarang tepat waktu :P.

Ini kejadian yang paling membuat saya ngakak. Konon nama si Aa’ sudah termasuk daftar orang yang berpotensi diciduk oleh aparat. Suatu ketika di masa reformasi itu, Jogja sedang musim kering. Air kekurangan di mana-mana. Si Aa’ pun terpaksa menumpang mandi di kampus dekat kos-kosannya dengan diam-diam, demi menghindari cidukan aparat juga. Ternyata salah seorang teman aktivis si Aa’ sudah tertangkap, dan dia “bernyanyi” menyebut nama dan alamat si Aa’ ini. Otomatis dilacak ke kos-kosan si Aa’ dan ketahuanlah kalau dia sedang mandi di kamar mandi kampus dekat kosannya. Pintu kamar mandi digedor-gedor oleh aparat, sementara si Aa’ yang belum menyadari cuma menyahut, “Iya, tar dulu! Airnya masih banyak kok!”
Ketika gedoran di pintu bukannya berhenti tetapi semakin banyak, diapun membuka pintu sedikit dan menongolkan kepalanya keluar. Seketika itu laras senapan sudah ditodongkan ke kepala dan lehernya. Tentu saja dia kaget, dan setelah menyadari sitausinya diapun minta ijin meneruskan mandi dulu. Mulanya oleh aparat penciduk tidak boleh, tapi si Aa’ bersikeras, “Emangnya ini jaman PKI, masa mandi aja ngga boleh? Saya ngga bakal kabur ke mana juga, orang di kamar mandi ini kok!” Akhirnya dia dibolehkan menyelesaikan mandinya.
Sesampainya di pos penjagaan aparat, dilihatnya teman yang tadi “bernyanyi” itu, dan si Aa’ langsung paham kalau temannya itu yang membocorkan alamatnya. Temannya itu mengaku kalau memang dia “bernyanyi” setelah digebukin, tapi dia juga mengatakan akan bertanggung-jawab. Ketika diberi kesempatan menelpon keluarga dan kerabat, si teman itu menelpon kakaknya, yang ternyata tentara berpangkat sersan di Solo ^^’. Akhirnya sang sersan datang membereskan masalah dan merekapun “dibebaskan” setelah diperingatkan dengan keras oleh aparat dan dimarahi habis-habisan oleh sang sersan ^^’.
Di lain waktu ketika si Aa’ sedang membeli susu, tiba-tiba saja ada razia aktivis, dan diapun ikut keciduk meskipun sudah beralasan “tidak sedang demo”. Sesampainya di pos penjagaan, sang kepala pos sudah hapal dengan si Aa’ sehingga tanpa ragu dia langsung membebaskan dia karena malas berurusan dengan sang sersan kakak temannya :P.
Lucunya, ini yang bikin saya ngakak, beberapa waktu kemudian muncul lagu “Waktuku Mandi” dari Jamrud yang menceritakan penangkapan di kamar mandi :lol:. Si Aa’ sampe komentar, “Ini lagu meniru kisah siapaa ini?” dan dia selalu saja merasa aneh dan lucu kalau mendengar lagu itu 😆

Nah, sepertinya itu saja yang dapat saya ceritakan ^^. Sayang si Aa’ tidak melanjutkan kuliahnya. Katanya sih dia ambil kuliah di 3 kampus (entah bebarengan atau tidak), tapi tiga-tiganya tidak ada yang diselesaikan. Katanya sih terlalu egois ambil 3 kuliah sementara orangtua masih terbebani. Maka dia pun lebih suka mencari duit ketimbang kuliah, dan sekarang menjadi pengusaha burjo ^^. Yah, pengalaman hidup tiap orang memang beda-beda, tinggal bagaimana kita mengambil pelajaran darinya 😉

29 Responses to “Burjopun Punya Cerita”


  1. 1 lambrtz July 17, 2009 at 02:12

    Hahahaha…kalo dia nolongin Moses bisa ada 2 ruas jalan yang namanya diganti :p

  2. 2 christin July 17, 2009 at 03:12

    Ya ampun burjo dimana toh ini 😆 lucu juga itu si Aa’

    Btw itu temennya jadi dateng nyetrika ndak? 😀

  3. 3 geulist133 July 17, 2009 at 06:53

    wah si A’a nya tuh penakut penakut pemberani ya!
    “Tunggu aernya masih banyak!”
    itu polisi gak ada yang ngakak apa ngedenge ini!!! -_-“

  4. 4 TamaGO July 17, 2009 at 07:14

    tuh mandinya sambil nyanyi2 nggak? XD

  5. 5 Felicia July 17, 2009 at 08:15

    burjo tuh apa ya?

  6. 6 phiy July 17, 2009 at 10:00

    jyah 😆
    jangan2 jamrud ngeliat adegan penangkapan si Aa.
    Tapi salutlah sama si Aa, bisa jadi aktivis macem itu 🙂

    Oia, burjo itu apa ya?

  7. 7 lambrtz July 17, 2009 at 12:39

    (sepertinya burjo itu istilah spesifik di Jogja dan sekitarnya ya? :/ )

    Burjo = BUbuR kacang iJO, walaupun yang dijual di warung burjo ga cuma burjo.

  8. 8 indra1082 July 17, 2009 at 14:26

    keren juga Borjo nya..
    tapi kepanjangan nih..keburu Burjonya abis…. 😆 😆

  9. 9 Arm July 17, 2009 at 16:02

    @ lambrtz 1 :
    haha.. bisa jadi 😀
    tapi bisa juga namanya jadi Jalan Moses (nama si Aa’) 😛
    ___

    @ christin :
    hehe.. di daerah Deresan deket ringroad utara 😀
    akhirnya temen saya ngga jadi dateng 😛
    ___

    @ geulist133 :
    ahahah… polisinya ngakaknya dalam hati kali 😆
    ___

    @ TamaGO :
    harusnya sih sambil nyanyi-nyanyi 😀
    ato minimal siyul-siyul 😛
    ___

    @ Felicia :
    penjelasan burjo bisa liat komen lambrtz 😉
    ___

    @ phiy :
    hehe.. mbaknya mau jadi aktivis juga? ^^’
    penjelasan burjo sama kaya komen di atas 😀
    ___

    @ lambrtz 2 :

    (sepertinya burjo itu istilah spesifik di Jogja dan sekitarnya ya? :/ )

    sepertinya sih begitu, yang berupa warung ^^ kalau makanannya sih di mana-mana ada kayanya ^^
    penjelasan tambahan, di Jakarta biasanya dikenal sebagai warung indomie, dan beropreasi 24 jam non-stop 😉
    yang jaga/jual biasanya orang Kuningan (daerah di Jawa Barat, bukan Jakarta) sehingga dipanggil Aa’ (atau A’a? :?)
    ___

    @ indra1082 :
    saya pesennya nasi sarden kok 😀
    dan itu diceritainnya sesudah makanan saya habis kok ^^

  10. 10 Takodok! July 17, 2009 at 16:42

    berarti lama dong nongkrong di burjonya? Menarik ceritanya 😀

  11. 11 Idub July 17, 2009 at 19:27

    Asyem kirain membahas saya 😛

    Keren juga tuh Aa’.. salam ya dari Semarang

    Semoga engga pernah ada jalan pake nama kamu Arm.. eeghh 😀

  12. 12 Novi~Atrix July 18, 2009 at 14:24

    wah keren nih jalan hidup si Aa-nya 🙂
    hmm.. judul lagu malaysia gerimis mengundang bukan?
    kebetulan w ada nonton opera van java juga waktu itu hahahahah

    iya kek lagu jambrud nih wakakkakakka

  13. 13 rhys3 July 18, 2009 at 20:05

    Bertahun-tahun mangkal di burjo deket kosan, ga pernah nemu cerita kayak gini, si Aa’ burjo deket kosan saya masih muda sih 😛

    Jadi penasaran sama temen-teman seperjuangan si Aa’ dulu. Apa masih kontak-kontakan atau ga ya? Mungkin kalau dibuat buku yang ngungkap sisi lain perjuangan akitivis macam gitu bagus kali ya :mrgreen:

    Ah, btw, ini postingan bikin saya kangen makan nasi sarden telor 😦

  14. 14 Arm July 19, 2009 at 10:04

    @ Takodok! :
    lama dong 😀 hehe.. tumben2an saya lama nongrong di tempat makan sendirian 😀
    ___

    @ Idub :
    haha.. bukan kamu Jo 😀
    di Semarang jarang ada warung burjo ya? 😛
    semoga ga ada jalan bernama B*** ******* juga 😛
    ___

    @ Novi~Atrix :
    hehe.. mau mencontoh? 😀
    bukan, bukan gerimis mengundang kok 😉
    dan saya masih lupa judulnya 😛
    ___

    @ rhys3 :
    itu Aa’ burjo juga masih relatif muda kok, dia kayanya angkatan 96 atau 97 (eh itu juga udah tua ya 😛 hehe)
    kalo mengenai kontak2annya, kayanya sih ngga.. jaman itu kan hape belom mewabah seperti sekarang, jadi ya kalo udah berpisah ya susah buat berhubungan lagi 🙂
    lha wong si Aa’ ama cewe’nya aja lost contact kok setelah dia putus kuliah ^^

    Ah, btw, ini postingan bikin saya kangen makan nasi sarden telor 😦

    bikin sendiri larr… 😀

  15. 15 Idub July 19, 2009 at 12:01

    Di Semarang banyak banget warung Burjo kok.. cuma aku makannya Indomie-nya.. males masak sendiri.. Burjo Pak Asep deket kosku tuh paporit.. 😀

    Kalo jalan bernama itu sih baru mau disahkan pemkot Cilacap.. ghaahaha..

  16. 16 Asop July 19, 2009 at 13:13

    Wow… pengalaman yang bagus… (menurut saya lho..) :mrgreen:

  17. 17 Ando-kun July 20, 2009 at 11:37

    Itu lagu ‘suci dalam debu’ kali???

    Hehehhe…. pengalaman hidup memang tak bisa digantikan dengan duit, apalagi dengan semangkok burjo 🙂

  18. 18 Marimo-head July 20, 2009 at 12:06

    wew, panjang juga…

    klo sy dapetnya crita org yg jadi EO pas mahasiswanya , ampe2 pernah mati suri karena kecapean ngurusin acara 😀

    nasi sarden?? stau sy yg dijual di burjo cuma burjo & indomi doang (yg cuma ada 2 jenis mie ;p),

  19. 19 Huang July 20, 2009 at 14:51

    Halo arm.. apa kabaR?
    lama nggak mampir ke sini 🙂
    Moga sehat selalu yaaa …

    Salam,

  20. 20 Lumiere July 20, 2009 at 17:38

    “burjo”??! “alkid”??! (teringat sebuah janji)
    aaaarrrrrmmmm….
    countdown timerku berjalan nih…
    H minus 6 :mrgreen:

  21. 21 Arm July 22, 2009 at 10:47

    @ Idub :
    haha.. emang kebanyakanburjo yang laku justru mie rebus/goreng-nya ketimbang bubur kacang ijo-nya 😛
    ___

    @ Asop :
    memang pengalaman yg bagus 😉 mau mencontoh? 😀
    ___

    @ Ando-kun :
    kayanya bukan.. tapi ga tau juga, yg jelas lirik-nya ada kata2 gini, “manis di bibir.. *blablabla* namun kau tuduh akulah segala penyebabnya…” 😕
    ga tau judulnya ^^
    ___

    @ Marimo-head :
    hoho… burjo di sini kalo ngga jual menu lain macem nasi telor ato nasi sarden susah lakunya 😀
    jangan heran kalo di sebuah warung burjo ada menu burjo, bubur ayam, intel/tante rebus/goreng, nasi telor, nasi sarden, nasi goreng, mie dok-dok, nasi ayam, dll 😀
    ___

    @ Huang :
    halo juga 🙂
    kabar saya biasa2 saja kok 😉 terima kasih 🙂
    hehe.. saya juga jarang mampir ke tempat mas-nya ya ^^
    Salam 🙂
    ___

    @ Lumiere :
    monggo 🙂
    sila diingat-ingat 😛
    dan terserah mau ato ngga :mrgreen:

  22. 22 Ando-kun July 22, 2009 at 11:32

    Silahkan bernostalgila bersama Exit dengan “Mencari Alasan”

    Dozo……. :mrgreen:

  23. 23 Ris July 22, 2009 at 18:44

    Jetis??

    *Cedhak ambi omahku naknu*

  24. 24 Marimo-head July 23, 2009 at 21:14

    tante = tanpa telur?? mie dok dok apa ya??

  25. 25 Arm July 24, 2009 at 18:17

    @ Ando-kun :
    iya, yg itu :mrgreen:
    ___

    @ Ris :
    Jetis mana dulu ^^
    yg itu deket jembatan Jetis, yg mau ke arah Tugu 😀
    ___

    @ Marimo-head :
    iya, tante = tanpa telor, intel = indomie telor 😛
    mie dokdok itu mie yang dimasak sedemikian rupa sehingga tidak seperti mie instan kebanyakan 😛 *susah njelasinnya, cobain sendiri deh* ^^’

  26. 26 Snowie July 26, 2009 at 18:08

    ketika diberi kesempatan menelpon keluarga dan kerabat, si teman itu menelpon kakaknya, yang ternyata berpangkat sersan di Solo. Akhirnya sang sersan datang membereskan masalah dan merekapun “dibebaskan” […]

    😆 😆

    Sepertinya dalam kebanyakan kasus, kalo mau selamat, setidaknya kita harus punya seseorang yang berpropesi di ketahanan negara. Nepotisme.

    Jadi inget kejadian sendiri. Pas mau ditilang gara-gara membonceng temen yang gak pake helm. Eh, pas dia lihat KTP saya, gak jadi nilang saya. Sebabnya cuma karena kami tetangga.
    😆 😆

  27. 27 Kurotsuchi July 27, 2009 at 22:45

    jalan moses gatotkaca itu jalan kecil yang arah sanata dharma? yg isinya toko2 sama rental itu?

  28. 28 geniuz September 15, 2009 at 16:06

    thx u/ blognya, aku baru tw asal muasal jalan Moses Gatotkaca. dari dulu emang ngrasa jalan ini namanya unik (sempet terpikir itu salah satu tokoh pewayangan, he..he..)

    moses itu sebelahnya SaDar,yg ada segitiga ditengahnya,nek Sagan itu namanya Prof. Yohanes siapa gitu…lupa,he..he

  29. 29 xnxx August 24, 2020 at 03:52

    Good day! I know this is kinda off topic however I’d figured I’d ask.
    Would you be interested in exchanging links or maybe guest writing a blog article or vice-versa?
    My blog covers a lot of the same subjects as yours and I think
    we could greatly benefit from each other. If you’re interested feel
    free to shoot me an email. I look forward to hearing from you!
    Awesome blog by the way!


Leave a reply to Takodok! Cancel reply